Jumat, 08 April 2016

Kasih Ibu Tanpa Batas


   Kasih Ibu Tanpa Batas
Oleh : Ariyanto

Suatu cerita yang sangat menyentuh hati mengenai pengorbanan seorang ibu kepada anaknya. Pengorbanan yang membuat hati saya sangat tersentuh dan berlinang air mata ketika saya mendengarnya. Linangan air mata yang rasanya ingin mengalir deras membasahi wajah saya. Betapa tidak, cerita yang saya dengarkan ini adalah cerita yang selalu saya ingat sejak saya masih sekolah minggu di Vihara Sukha Dhamma Losari, Boyolali. Pada saat itu saya duduk di bangku kelas 5 Sekolah Dasar. Ya pada saat itulah saya teringat jelas. Saya duduk diam mendengarkan cerita dari salah satu seorang pembina Sekolah Minggu saya. Sosok yang patut menjadi teladan dan patut menerima penghormatan. Beliau adalah Y.M Bhante Nyanadhiro dengan paras berwibawa dan suara yang lembut menenangkan hati.
Cerita yang disampaikan oleh Y.M Bhante Nyanadhiro adalah kisah mengenai seorang ibu dan dua anak yang saling menyayangi. Salah satu anaknya masih kecil. Suatu ketika, Bu Sari meminta bantuan kepada anaknya yang bernama Ariya untuk membelikan gula di warung. Ariya langsung berjalan ke warung untuk membeli gula pesanan ibunya. Ibu tersebut sangat bahagia mempunyai anak seperti Ariya. Bagi ibu Ariya adalah anak yang berbeda dengan anak-anak yang lain. Tak lama kemudian ibu ini meminta bantuan kepada Ariya lagi karena ibu sibuk mengurusi anak yang paling kecil. Ibu meminta Ariya untuk mencuci piring, dan mengambil jemuran, Ariya pun menuruti apa yang di katakan oleh ibunya. Melihat Ariya begitu rajin, ibu semakin bangga kepada Ariya. Tetapi tidak lama kemudian ibu meminta bantuan lagi kepada Ariya untuk membelikan popok untuk adiknya dan membelikan susu, karena persediaan susu di rumah sudah habis. Ariya tidak pernah sekali pun menolak permintaan dari ibunya. Ia melakukan apa yang di katakan oleh ibunya. Seteleh itu Ariya kembali masuk ke dalam kamarnya, jelang waktu beberapa menit ibu meminta Ariya untuk menjaga adiknya yang sedang tidur, karena ibu harus memasak untuk makan malam. Ariya pun menuruti apa yang di katakan oleh ibunya, dia keluar dari kamar dan mengawasi adiknya sambil menonton televisi. Ibu merasa hari ini dia membuat Ariya lelah, oleh karena itu setelah makan malam Ariya di suruh ibu untuk  istirahat. Ariya kemudian masuk kamar, tetapi dia tidak langsung tidur, Ariya mengambil sebuah pena dan secarik kertas yang di tujukan kepada ibunya. Ia menulis rincian hari ini di atas meja belajar yang berada tepat di samping tempat tidurnya. Isi dari secarik kertas yang di tulis oleh Ariya kepada ibunya adalah sebagai berikut :

1.      Upah membelikan gula           Rp. 1000,00
2.      Upah mencuci piring               Rp. 1500,00
3.      Upah mengambil jemuran       Rp. 1000,00
4.      Membelikan popok adik         Rp. 1500,00
5.      Membelikan susu adik            Rp.   500,00
6.      Upah menjaga adik                 Rp. 2500,00  +
TOTAL                                  Rp. 7000,00

Kertas tersebut di letakkan di atas meja agar ibunya tahu dan memberikan upah kepada Ariya, karena setiap malam biasanya ibu selalu menengok ke kamar Ariya sebagai bentuk kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Setelah menuliskan rincian itu Ariya pun lekas tidur. Seperti biasanya ibu selalu mengecek Ariya dan mengelus-elus rambut Ariya. Sambil mengelus-elus rambut Ariya, ibu melihat ada secarik kertas dan ibu beranjak dari tempat tidur Ariya untuk melihat kertas yang ada di atas meja belajar Ariya. Ibu termenung sejenak melihat tulisan Ariya. Entah apa yang di rasakan oleh ibu Ariya, tetapi dia kemudian menuliskan sesuatu di balik kertas tulisan Ariya.
Hari sudah pagi, Ariya pun bangun dari tidurnya. Ariya melihat kertas yang di tuliskan tadi malam sudah berpindah posisi, ia pun lekas melihat kertas tersebut. Setelah melihat dan membaca tulisan di kertas tersebut Ariya diam dan berlinang air mata. Dia pun tak bisa menahan air matanya hingga air mata yang keluar begitu deras. Ia membaca tulisan ibunya dengan sangat teliti.
1.      Upah mengandungmu selama 9 bulan                                    GRATIS !
2.      Upah merawat dan menjagamu dalam kandungan                 GRATIS !
3.      Upah melahirkanmu                                                                GRATIS !
4.      Upah menyusuimu                                                                  GRATIS !
5.      Upah menganti popokmu                                                        GRATIS !
6.      Upah menjagamu pagi, siang, malam                                      GRATIS !
7.      Upah memberikanmu makan                                                  GRATIS !
8.      Upah menyekolahkanmu                                                        GRATIS !  
TOTAL                                                                                  GRATIS !

Setelah membaca tulisan itu kemudian Ia berlari dari kamar untuk mencari ibunya. Dia terus mencari ibunya di semua ruangan rumah, hingga akhirnya dia berteriak kencang IBUUUUU !! ibu yang mendengar teriakan tersebut langsung menemui Ariya. Ariya tak kuasa untuk menahan diri hingga akhirnya dia langsung memeluk ibunya dengan erat sambil menangis. Maafkan Ariya bu. Ibu pun tersenyum dan memeluk Ariya.
Sungguh kasih seorang ibu tanpa batas, ibu tidak pernah meminta imbalan dari apa yang telah diberikannya kepada kita. Saya pun ingin rasanya keluar dari vihara dan menangis kencang karena saya baru tersadarkan oleh cerita tersebut. Tetapi sungguh malang diri saya, karena ketika itu ibu saya sedang jauh dari saya, memeluk pun saya tidak bisa bahkan mendengar suara dari telefon juga jarang sekali. Beruntunglah teman-teman saya yang ketika itu dekat dengan orang tua dan bisa memeluk ibunya setelah pulang dari vihara.
Terkadang remaja sekarang ini lupa begitu berat dan besar perjuangan orang tua terutama ibu yang mengandung, melahirkan dan membesarkan kita. Kita terkadang selalu menuntut upah dari apa yang kita kerjakan. Padahal itu adalah kewajiban kita sebagai seorang anak. Kita harus melayani dan merawat orang tua kita selagi kita masih mampu.
Semoga kisah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca sekalian untuk meningkatkan bakti kita kepada orang tua. Pesan saya jangan sia-siakan kesempatan selagi itu sudah di depan mata.

Sabbe satta bhavantu sukhitatta
Sadhu..sadhu..sadhu


0 komentar:

Posting Komentar