Kasih Ibu Tanpa Batas

Suatu cerita yang sangat menyentuh hati mengenai pengorbanan seorang ibu kepada anaknya. Pengorbanan yang membuat hati saya sangat tersentuh dan berlinang air mata ketika saya mendengarnya.

Makalah Kerukunan dan Keharmonisan Umat Beragama

Perbedaan agama dapat menimbulkan terjadinya konflik di lingkungan masyarakat, dengan alasan yang beragam.

Kerusakan Lingkungan dalam Buddhis

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia serta mempengaruhi kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung.

Makalah Kedudukan Metode dalam Belajar Mengajar

Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsure-unsur manusiawi adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pengajaran.

Minggu, 13 Maret 2016

Makalah Kerukunan dan Keharmonisan Umat Beragama


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Perbedaan agama dapat menimbulkan terjadinya konflik di lingkungan masyarakat, dengan alasan yang beragam. Konflik yang terjadi yaitu karena adanya perbedaan ajaran, penafsiran terhadap ajaran, kurangnya kesadaran akan adanya perbedaan. Negara Indonesia merupakan suatu negara yang terdiri dari berbagai macam agama, agama yang diakui oleh pemerintah negara Indonesia yaitu : agama Buddha, Kristen, Katholik, Islam, Hindu dan Kong Hu Chu. Dari agama-agama tersebut terjadilah perbedaan agama serta ajaran yang dianut masing-masing masyarakat Indonesia.Dengan perbedaan tersebut apabila tidak terpelihara dengan baik, bisa menimbulkan konflik antar umat beragama yang bertentangan dengan nilai dasar dan ajaran agama itu sendiri yang mengajarkan kepada kita kedamaian, hidup saling menghormati, saling tolong-menolong, saling menghargai dan menyayangi.
Dizaman sekarang ini banyak sekali masalah yang terjadi karena beda agama (beda keyakinan), terutama dilingkungan masyarakat diantaranya yaitu kurangnya toleransi antar sesama umat beragama, terkadang masih ada rasa fanatik hanya karena beda agama (beda keyakinan), masih ada pula orang yang menang sendiri (menggangap hanya agama yang dianutnya yang paling benar), terkadang menolong orang juga pilih-pilih. Itu tidak boleh terjadi di negara Indonesia, walaupun negara kita terdiri dari berbagai macam agama dan perbedaan tetapi tujuan dari semua agama itu sama, semuanya mengajarkan kebaikan dan menuntut untuk berbuat baik dan saling menghargai antar sesama serta tidak membeda-bedakan satu dengan yang lainnya.Oleh karena itu kerukunan dan keharmonisan antar umat beragama sangatlah penting untuk menciptakan suasana yang damai, tentram serta bahagia dalam kehidupan ini.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kerukunan Dan Keharmonisan Umat Beragama
Kerukunan adalah istilah yang berarti “baik” dan “damai”. Intinya, hidup bersama dalam masyarakat dengan “kesatuan hati” dan “bersepakat” untuk tidak menciptakan perselisihan dan pertengkaran (Depdikbud, 1985:850). Bila pemaknaan tersebut dijadikan pegangan, maka “kerukunan” adalah sesuatu yang ideal dan didambakan oleh masyarakat manusia.Kerukunan juga bisa bermakna suatu proses untuk menjadi rukun karena sebelumnya ada ketidak-rukunan, serta kemampuan dan kemauan untuk hidup berdampingan dan bersama dengan damai, tenteram dan bahagia.
Keharmonisan umat beragama adalah suatu bentuk sosialisasi damai yang tercipta berkat adanya toleransi agama. Toleransi  agama adalah sikap saling menghargai tanpa melakukan diskriminasi dalam hal apapun, terutama dalam hal agama. Perbedaan agama pada dasarnya tidak menghalangi hubungan yang akrab antar umat, baik hubungan secara pribadi, hubungan keluarga atau hubungan kelompok. Interaksi terjadi dan terjalin dengan baik melalui berbagai kepentingan. Sebuah rumah makan halal bagi umat Muslim bisa saja dibuka oleh pemiliknya yang beragama Buddha atau Kristen, rupang-rupang Buddha dibuat oleh seniman Hindu dan Muslim, begitupun vihara dibangun oleh tangan-tangan tukang yang bukan beragama Buddha. Pelayanan sosial seperti rumah sakit walau berlatar belakang agama tertentu menerima pasien dari semua golongan agama, begitupun tentunya dalam memberi kesempatan kerja.
Kerukunan hidup beragama adalah suatu kondisi dimana semua golongan agama bisa hidup bersama-sama secara damai, tentram dan bahagia tanpa mengurangi hak dan kebebasan masing-masing untuk menganut dan melaksanakan kewajiban agamanya, (Wacana Buddha-Dharma, 2003:163). Kerukunan yang dimaksud disini adalah kerukunan untuk dapat bersikap saling menghargai setiap ajaran dan kewajiban yang diajarkan dalam suatu agama, kerukunan untuk tidak membedakan-bedakan orang (fanatik) meskipun memiliki agama atau kepercayaan yang berbeda tetapi sesungguhnya tujuan dari semua agama adalah sama, kerukunan untuk saling membantu dan saling tolong-menolong, saling memahami antara agama yang satu dengan agama yang lainnya.
Kerukunan umat beragama yaitu hubungan sesama umat beragama yang dilandasi dengan toleransi, saling pengertian, saling menghormati, saling menghargaidan kerja sama dalam kehidupan masyarakat dan bernegara.Kerukunan akan bisa tercapai apabila setiap kelompok agama bisa memahami dan memiliki prinsip “setuju dalam perbedaan”. Setuju dalam perbedaan berarti orang mau menerima perbedaan orang lain dan menghormati orang lain dengan seluruh aspirasi, keyakinan, kebiasaan, dan pola hidupnya, menerima dan menghormati orang lain dengan kebebasannya untuk menganut keyakinan agamanya sendiri.Kerukunan antar umat beragama itu sendiri juga bisa diartikan dengan saling toleransi antar umat beragama. Dalam toleransi itu sendiri pada dasarnya masyarakat harus bersikap lapang dada dan menerima perbedaan antar umat beragama. Selain itu masyarakat juga harus saling menghormati satu sama lainnya misalnya dalam hal beribadah, antar pemeluk agama yang satu dengan lainnya tidak saling mengganggu.
Departemen agama juga menjadikan kerukunan antar umat beragama sebagai tujuan pembangunan nasional bangsa Indonesia yang diarahkan dalam tiga bentuk yaitu:
1.        Kerukunan intern umat beragama.
2.        Kerukunan antar umat beragama.
3.        Kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah.
Untuk itulah kerukunan hidup antar umat beragama harus kita jaga agar tidak terjadi konflik-konflik antar umat beragama. Terutama di masyarakat Indonesia yang multikultural dalam hal agama, kita harus bisa hidup dalam kedamaian, saling tolong menolong, dan tidak saling bermusuhan agar agama bisa menjadi pemersatu bangsa Indonesia dan negara Indonesia menjadi negara yang kaya akan perbedaan tetapi tetap menjadi satu “ Bhinekka Tunggal Ika”.


B.     Kerukunan Antar Umat Beragama Dalam Kajian Buddha-Dharma
a.    Agama dan kerukunan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata Agama didefinisikan sebagai suatu sistem, prinsip kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa (Dewa dan sebagainya) dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.
Dalam Buddha Dhamma kata agama lebih dikenal dengan sebutan Sasana atau Dhamma, yang secara harafiah berarti kebenaran atau kesunyataan.Agama Buddha sering disebut Buddha Dhamma atau Buddha Sasana yang artinya ajaran yang menghantarkan orang yang melaksanakannya agar hidup bahagia di dunia, setelah kematian dapat terlahir di alam surga dan hingga pada akhirnya mencapai tujuan tertinggi yaitu tercapainya Nibbana. Buddha Dhamma sebagai pedoman untuk membebaskan diri dari penderitaan, sehingga mencapai kebahagiaan dalam kehidupan sekarang maupun yang akan datang.
Agar kerukunan hidup beragama dapar dipelihara dengan baik, sebagai umat Buddha wajib membina dan melaksanakan usaha-usaha agar dapat tercipta kerukunan dan keharmonisan yaitu:
1.      Tidak memaksakan kehendak atau keyakinan kepada orang lain.
2.      Bekerjasama dan gotong royong untuk mengerjakan sesuatu yang menyangkut
kepentingan bersama.
3.      Tidak membeda-bedakan antar umat dal hal agama dan keyakinan
4.      Memberi kesempatan penuh kepada orang lain untuk menjalankan ibadahnya.
5.      Menghormati orang lain yang sedang menjalankan ibadahnya.
6.      Saling menghormati perayaan Hari Besar Agama.
Agama Buddha adalah agama yang menjunjung tinggi keerukunan umat beragama. Sejarah perkembangan agama Buddha telah membuktikan bahwa apabila kerukunan umat beragama dapat terbina, maka dengan sendirinya akan terwujud  pula persatuan dan kesatuan bangsa.Buddha memberi petunjuk berupa “Faktor yang Membawa Keharmonisan” untuk memelihara kerukunan. Faktor-faktor itu adalah :

1        Cinta kasih diwujudkan dalam perbuatan, tutur kata.
2        Cinta kasih diwujudkan dalam pikiran dan pemikiran, dengan memiliki iktikad baik terhadap orang lain.
3        Memberi kesempatan kepada sesamanya untuk ikut menikmati apa yang diperoleh secara halal.
4        Didepan umum ataupun, memiliki pandangan yang sama, yang bersifat membebaskan dari penderitaan dan membawanya berbuat sesuai dengan pandangan tersebut, hidup harmonis, tidak bertengkar karena perbedaan pandangan (A.III, 288-289).

b.      Contoh-contoh kerukunan Dalam Perjalanan Sejarah Agama Buddha.
1)      Upali Sutta
Diceritakan bahwa semasa hidup Sang Buddha, Nigantha Nataputha seorang guru besar dari sekte agama Jaina mengutus Upali seorang siswanya yang cerdik, pandai dan berpengaruh di masyarakat untuk berdialog, memperbincangkan tentang ajaran Buddha yaitu Hukum Karma.
Setelah berdialog cukup panjang Upali memperoleh kesadaran bahwa ajaran Buddha tentang kamma adalah yang benar. Upali kemudian memohon kepada Sang Buddha untuk diterima sebagai muridnya. Sang Buddha menyuruh Upali untuk memikirkannya karena Upali adalah murid dari Guru Besar dan ternama, ia juga orang berkedudukan dan terpandang di masyarakat.
Akhirnya Sang Buddha menerima Upali sebagai muridnya dengan mengucapkan: “Kami terima anda sebagai umatku, sebagai muridku, dengan harapan anda tetap menghargai bekas agamamu dan menghormati bekas gurumu itu, serta membantunya”.
Dari cerita tersebut maka tampaklah bahwa masa kehidupan Sang Buddha telah menunjukkan demikian besarnya toleransi Sang Buddha terhadap keyakinan atau agama lain.



2.    Maha Raja Asoka (Prasati Asoka)
Raja Asoka dalam menjalankan pemerintahannya benar-benar menjaga toleransi dan kerukunan hidup beragama, semua agama yang berkembang saat itu diperlakukan adil.Untuk mewujudkan kerukunan hidup beragama tersebut, Raja Asoka telah mencanangkan Kerukunan Hidup Beragama yang terkenal dengan “Prasasti Batu Kalinga No.XXII Raja Asoka”.
Prasasti Asoka
Prasasti Asoka adalah prasasti buddhisme yang sangat terkenal karena mencerminkan sikap Agama Buddha yang mengajarkan kerukunan serta toleransi antar-umat beragama. Prasasti Asoka ditulis oleh Raja Asoka, seorang raja penganut buddhisme yang memimpin sebuah negara di daerah Asia Selatan pada sekitar 400-an SM.
Isi prasasti yang sangat terkenal tersebut adalah:
“Janganlah kita hanya menghormati agama sendiri dan mencela agama orang lain tanpa suatu dasar yang kuat. Sebaliknya agama orang lain pun hendaknya dihormati atas dasar-dasar tertentu.
Dengan berbuat demikian kita telah membantu agama kita sendiri, untuk berkembang di samping menguntungkan pula agama orang lain. Dengan berbuat sebaliknya kita telah merugikan agama kita sendiri, di samping merugikan agama orang lain.
Oleh karena itu, barang siapa menghormati agamanya sendiri dan mencela agama orang lain, semata-mata karena didorong oleh rasa bakti pada agamanya sendiri dengan berpikir; bagaimana aku dapat memuliakan agamaku sendiri. Dengan berbuat demikian ia malah amat merugikan agamanya sendiri. Oleh karena itu, kerukunanlah yang dianjurkan dengan pengertian bahwa semua orang hendaknya mendengarkan dan bersedia mendengar ajaran orang lain.”(Proyek Bimbingan P4, 1983/1984,: 28, SM Rasyid, 1988).
Dari isi prasasti tersebut bisa kita renungi bahwa sebenarnya, dengan menghargai agama lain, sesungguhnya kita sedang memuliakan agama kita sendiri; sebaliknya, menjelek-jelekan agama lain dengan tujuan memuliakan agama kita sesungguhnya adalah bumerang. Dengan kata lain, tindakan tersebut hanya akan membuat nama agama kita sendiri menjadi jelek.  Mungkin karena itu agama-agama lain begitu senang berperang atas nama agama, menumpahkan darah-darah manusia hanya demi pengakuan bahwa agama merekalah yang nomor satu. Berbeda dengan buddhisme, jika ditilik sepanjang sejarah, tidak pernah ada darah yang ditumpahkan demi kemuliaan Agama Buddha.

3.    Era Kerajaan di Indonesia
Pada jaman Keprabuan Majapahit telah berhasil menghantarkan bangsa di nusantara kita ini memasuki jaman keemasan karena adanya kerukunan hidup beragama, yakni kerukunan hidup antar umat beragama Hindu dan umat beragama Buddha, yang berhasil mewujudkan persatuan dan kesatuan negara tersebut.
Pada masa tersebut seorang pujangga besar telah menyusun karya sastra “Sutasoma”, yang di dalam mukadimahnya tersurat sebuah kalimat yang memiliki makna terdalam guna membina kerukunan persatuan dan persatuan antar umat beragama, yaitu: “Siwa Buddha Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa”. Kalimat sakti tersebut sekarang telah dijadikan motto atau semboyan Bhinneka Tunggal Ika di lambang negara garuda pancasila. 

Upaya menciptakan kerukunan dalam Buddhism
Upaya-upaya yang dilakukan untuk menciptakan kerukunan tentunya harus didukung oleh semua lapisan masyarakat. Ajaran untuk menghadapi konflik dan perselisihan diajarkan oleh Buddha melalui khotbah-khotbahNya maupun melalui teladan sikapnya.
Dalam Kosambiya Sutta, Majjhima Nikaya: 48, Buddha menjelaskan enam sifat yang patut diingat, yang menciptakan kasih sayang dan rasa hormat agar tidak ada perselisihan, dan untuk menciptakan keharmonisan serta kerukunan yaitu dengan :
a.    Mempertahankan perbuatan dengan cinta kasih melalui jasmani.
b.    Mempertahankan perbuatan dengan cinta kasih melalui ucapan.
c.  Mempertahankan perbuatan dengan cinta kasih melaui pikiran.
d.      Menggunakan barang-barang dengan cara berbagi sesuai dengan Dhamma.
e.       Menjalani kehidupan dengan kesusilaan
f.       Menjalani kehidupan dengan pandangan benar.
Cara inilah yang dianjurkan Buddha untuk menciptakan hidup yang rukun.
Kerukunan umat beragama maupun intern agama Buddha, sangatlah dibutuhkan karena merupakan kunci terciptanya suatu perdamaian. Bagi bangsa Indonesia, kerukunan merupakan kebutuhan yang tidak bisa diabaikan, terlebih lagi, bangsa Indonesia adalah bangsa majemuk yang terdiri atas berbagai pemeluk agama dan suku bangsa yang berbeda-beda. Apabila kerukunan hidup tidak dapat diciptakan, maka bangsa Indonesia menjadi rawan akan terjadinya konflik. Pentingnya kerukunan, mengharuskan warga negara Indonesia untuk mendukung dan turut serta menciptakan kerukunan yang dimulai dari diri sendiri, kemudian antar umat dalam satu agama, kemudian antar umat beragama, dan juga antar umat beragama dengan pemerintah. Jika diri sendiri dapat dilatih untuk hidup rukun, maka akan memberikan contoh kepada yang lain, sehingga mereka akan meneladani dan terciptalah kerukunan, saling toleransi, saling tolong-menolong, menghargai, hormat-menghormati, saling menyayangi dan terciptalah perdamaian di Negara Indonesia.
Kita harus senantiasa menjaga keharmonisan/ kerukunan antar umat beragama agar tercipta kehidupan yang tentram dan nyaman. Untuk menjaga keharmonisan tersebut bisa dilakukan dengan cara :
a.       Menghilangkan perasaan curiga atau permusuhan terhadap pemeluk agama lain yaitu dengan cara mengubah rasa curiga dan benci menjadi rasa penasaran yang positf dan mau menghargai keyakinan orang lain.
b.      Jangan menyalahkan agama seseorang apabila dia melakukan kesalahan tetapi salahkan orangnya. Misalnya dalam hal terorisme.
c.       Biarkan umat lain melaksanakan ibadahnya jangan olok-olok mereka karena ini bagian dari sikap saling menghormati.
d.      Hindari diskriminasi terhadap agama lain karena semua orang berhak mendapat fasilitas yang sama seperti pendidikan, lapangan pekerjaan dan sebagainya.
Dengan memperhatikan cara menjaga kerukunan hidup antar umat beragama tersebut hendaknya kita sesama manusia haruslah saling tolong menolong dan kita harus bisa menerima bahwa perbedaan agama dengan orang lain adalah sebuah realitas dalam masyarakat yang multikultural agar kehidupan antar umat beragama bisa terwujud.

C.    Langkah-Langkah Pemerintah Dalam Mewujudkan Kerukunan Dan Keharmonisan Umat Beragama
Dalam rangka menciptakan kerukunan hidup beragama, pemerintah telah mencanangkan Tri Kerukunan Umat beragama yang merupakan pilar utama kerukunan berbangsa. Tri Kerukunan Umat Beragama tersebut terdiri dari :
a)      Kerukunan intern umat bergama, artinya harus ada kerukunan dalam satu lingkup agama itu sendiri. Contohnya aliran agama Buddha yaitu Theravada, Mahayana dan Tantrayana, walaupun terdiri dari berbagai sekte tetapi harus hidup rukun dan tidak membeda-bedakan karena pada hakikatnya kita semua adalah satu yaitu agama Buddha.
b)     Kerukunan antar umat beragama, artinya terdapat kerukunan antara satu agama dengan agama yang lainnya. Contohnya : hidup rukun dan saling membantu/ tolong-menolong dengan orang yang berbeda agama, misalnya agama Buddha dengan kristen, agama Hindu dengan Islam.
c)      Kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah, artinya setiap kegiatan keagamaan tidak boleh bertentangan dengan peraturan dan kebijaksanaan pemerintah. Contohnya dalam hal pendataan, pengandaan kitab suci dan pembinaan umat.
Dengan adanya Tri Kerukunan Umat Beragama ini diharapkan mampu mengatasi konflik dan perselisihan yang terjadi dimasyarakat, sehingga tercipta kehidupan beragama yang damai, tercipta kebersamaan, saling toleransi dan hormat-menghormati antar agama.
Pemerintah juga membentuk FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) yang berfungsi sebagai wadah untuk menghindarkan masyarakat dari konflik, FKUB juga dapat menjadi peredam ketika muncul suatu konflik/ permasalahan mengenai agama disuatu daerah.Disamping itu pemerintah juga membentuk Rancangan Undang-Undang Perlindungan Umat Beragama (RUU PUB) yang diharapkan dapat mendukung penguatan FKUB guna menjaga perdamaian umat.Melalui pembuatan Rancangan Undang-Undang Perlindungan Umat Beragama ini, wadah komunikasi yang diisi para tokoh dan pemuka agama diharapkan lebih efektif dalam menjaga dan membina kerukunan antarumat beragama.
Mengadakan Dialog Antar Umat Bergama, salah satu pendekatan yang dikembangkan untuk memelihara kerukunan adalah meningkatkan komunikasi antar pemuka masing-masing agama, menyelenggarakan dialog agar semakin saling mengenal, saling memahami, sehingga kesalahpahaman akan semakin berkurang. Dialog tidak hanya berguna untuk membina persatuan (secara politis mencapai kesepakatan atau mendekatinya), melainkan juga dibutuhkan demi pemerkayaan dan pengakaran iman dari setiap pemeluk agama. Perjumpaan dengan agama lain mendorong kita untuk memperdalam keyakinan sendiri dan memurnikan. Tujuan dialog adalah pemahaman, komunikasi untuk menjembatani jurang ketidak-tahuan dan kesalah pahaman. Bukan maksudnya mencampuri agama lain atau untuk mengalahkan yang lain, menarik orang lain dari keyakinannya yang dianut, atau untuk mencapai kesepakatan penuh pada suatu agama universal. Masing-masing pihak berusaha menerangkan doktrin, paham dan pengalaman imannya sehingga pihak lain bisa memahami secara rasional. Dengan saling membuka diri, berbagai pikiran dan pengalaman, peserta dialog secara sukarela menerima dan memberi.
Kimball mengemukakan lima model dialog antar umat beragama, yaitu :
1.  Dialog Parlementer ( parliamentary dialogue ). Dialog ini dilakukan dengan melibatkan tokoh-tokoh umat beragama di dunia. Tujuannya adalah mengembangkan kerjasama dan perdamaian antar umat beragama di dunia.
2.  Dialog Kelembagaan ( institutional dialogue ). Dialog ini melibatkan organisasi-organisasi keagamaan. Tujuannya adalah untuk mendiskusikan dan memecahkan persoalan keumatan dan mengembangkan komunikasi di antara organisasi keagamaan.
3.     Dialog Teologi ( theological dialogue ). Tujuannya adalah membahas persoalan teologis filosofis agar pemahaman tentang agamanya tidak subjektif tetapi objektif.
4.  Dialog dalam Masyarakat ( dialogue in society). Dilakukan dalam bentuk kerjasama dari komunitas agama yang plural dalam menylesaikan masalah praktis dalam kehidupan sehari-hari.
5.      Dialog Kerohanian (spiritual dialogue). Dilakukan dengan tujuan mengembangkan dan memperdalam kehidupan spirituak di antara berbagai agama.

Upaya yang harus dilakukan agar kehidupan beragama di Indonesia rukun dan harmonis diantaranya adalah :
a)      Menyamakan pemahaman akan pentingnya menghargai dan menghormati perbedaan agama dan ajaran agama-agama tersebut. Perbedaan agama dan perbedaan ajaran harus disikapi bijaksana dengan menghargai dan menghormatinya, karena setiap orang tidak dapat memaksakan bahwa ajaran agama yang dianutnyalah yang paling benar.
b)      Menumbuhkan dan menjunjung tinggi rasa toleransi antar umat beragama. Setiap umat beragama yang diakui di Indonesia memiliki hak untuk menjalankan ritual dan kegiatannya, karena itu sikap toleransi terhadap kegiatan mereka patut dijunjung tinggi.
c)      Saling membantu dan tolong-menolong antar umat beragama.Setiap manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian juga antar umat beragama. Meskipun terdapat orang yang memiliki agama sama yang dapat dimintai bantuan, tetapi setiap agama juga butuh bantuan agama lain dalam menjalankan aktivitas keagamaanya.
d)  Mengedepankan cinta kasih dalam menyelesaikan masalah.Konflik agama yang terjadi dimasyarakat harus diselesaikan dengan kepala dingin dan dengan cinta kasih tanpa kekerasan.
e)    Menyelesaikan masalah agama dengan musyawarah atau dialog antar umat beragama tanpa mementingkan benar salahnya suatu agama.



BAB III
PENUTUP

A.      Simpulan
Keharmonisan umat beragama adalah suatu bentuk sosialisasi damai yang tercipta berkat adanya toleransi agama.Toleransi  agama adalah sikap saling menghargai tanpa melakukan diskriminasi dalam hal apapun, terutama dalam hal agama.
Kerukunan umat beragama yaitu hubungan sesama umat beragama yang dilandasi dengan toleransi, saling pengertian, saling menghormati, saling menghargaidan kerja sama dalam kehidupan masyarakat dan bernegara. Kerukunan akan bisa tercapai apabila setiap kelompok agama bisa memahami dan memiliki prinsip “setuju dalam perbedaan”.
Pemerintah telah mencanangkan Tri Kerukunan Umat beragama yang merupakan pilar utama kerukunan berbangsa dan bernegara, pemerintah juga membentuk FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) yang berfungsi sebagai wadah untuk menghindarkan masyarakat dari konflik, dan juga pemerintah mengadakan Dialog antar Umat Beragama, yang merupakan salah satu pendekatan untuk memelihara kerukunan di negara Indonesia.

B.       Saran
Kerukunan antar umat beragama seharusnya bisa di bina dengan baik agar tidak terjadi suatu konflik antara agama yang satu dengan agama yang lainnya. Kerukunan dan keharmonisan antar umat beragama di Indonesia sangat penting, karena di Indonesia terdiri dari berbagai macam agama, serta dari agama tersebut tentunya terdapat perbedaan dari cara sembahyang, dari upacara peringatan hari besar masing-masing agama, dan juga keyakinan yang sudah menjadi tradisi dan budaya dari suatu agama. Oleh karena itu seharusnya sikap saling toleransi, saling menghargai, saling membantu dan tolong-menolong harus diciptakan dalam masyarakat di Indonesia agar kerukunan dan keharmonisan antar umat beragama dapat terjalin dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

1        Mukti, Khrishnanda. 2003. Wacana Buddha Dharma. Jakarta : Pustaka Vimala Virya.
2        Witono. 2011. Dharmacakra. Jakarta : CV. Karunia Jaya.
3        www.cathnewsindonesia.com, diakses 20 Maret 2015.

4        www.scribd.com/.../Kerukunan-Antar-Umat-Beragama - Tembolok – Mirip, diakses 20 Maret 2015

5        www.tugasku4u.com, diakses 20 Maret 2015

Makalah Kedudukan Metode Dalam Belajar Mengajar



BAB I
PENDAHULUAN

Pembelajaran sebagai kegiatan untuk mencapai tujuan , jenis dan prosedur kegiatannya, membutuhkan rangkaian pemikiran yang cermat. Rangkaian pemikiran yang cermat itu, diperlukan agar jenis dan prosedur kegiatan yang dipilih dan ditetapkan nantinya mempunyai nilai fungsional yang tinggi sebagai alat untuk pencapaian tujuan. Terlebih lagi, faktor-faktor yang ikut terlibatkan dalam kegiatan pembelajaran sangat beranekaragam, maka kecermatan itu diperlukan, agar koherensi hubungan antar faktor tersebut, dapat sinergis dalam pencapaian tujuan. Kegiatan guru yang berkenaan dengan penelusuran, pemilihan jenis dan prosedur kegiatan serta lain-lain pendukung kegiatan pembelajaran tersebut, lazimnya disebut kegiatan pemilihan metode pembelajaran.
Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan [KBBI, 1995]. Metode adalah cara yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. [Wijaya Kusumah, 2009].
Dalam pembinaan guru tentu harus mengacu pada kompetensi guru, terutama kompetensi profesional berkaitan dengan proses pembelajaran. Sejalan dengan perkembangan teknologi serta teori-teori pembelajaran, maka guru pun dituntut mampu menguasai dan memilih metode pembelajaran yang tepat, sehingga menjadikan siswa aktif, kreatif, dan belajar dalam suasana senang serta efektif. Metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
       
A.  Kedudukan Metode dalam Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsure-unsur manusiawi adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Salah satu usahanya adalah dengan memahami kedudukan metode pembelajaran sebagai salah satu komponen keberhasilan dalam proses pembelajaran. Kedudukan metode pembelajaran adalah sebagai berikut :

1.    Metode sebagai  alat motivasi ekstrinsik
Metode ekstrinsik Menurut Djamarah (2006) yang dikutip dari  Sardiman. A.M. (1988:90) adalah  motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena ada rangsangan dari luar. Karena itu, Metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar seseorang.
Dalam penggunaan metode terkadang guru harus menyesuaikan dengan kondisi dan suasana kelas. Jumlah anak mempengaruhi penggunaan metode.Tuuan instruksional adalah pedoman yang mutlak dalam pemilihan metode. Dalam perumusan tujuan , guru perlu merumuskannya dengan jelas dan dapat diukur untuk dapat memudahkan dalam pemilihan  metode untuk menunjang pencapaian tujuan yang telah dirumuskan. Dalam mengajar, guru tidak hanya menggunakan satu metode, namun beberapa metode agar peserta didik tidak bosan dengan hanya satu metode. Bila seorang guru hanya menggunakan satu metode, anak diidik akan terlihat kurang bergairah dalam belajar, kejenuhan dan kemalasan tampak dalam  kegiatan belajar. Ini berarti , metode tidak dapat difungsikan sebagai alat ekstrinsik dalam pembelajaran. Oleh karena itu, penggunaan metode yang bervariasi dapat dijadikan sebagai alat  motivasi ekstrinsik dalam pembelajaran sekolah.
2.    Metode sebagai Strategi pengajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mempu berkonsentrasi dalam waktu yang relative lama. Daya serap setiap anak didik berbeda-beda. Faktor intelegensi mempengaruhi daya serap anak didik.  Oleh karena itu, diperlukan strategi pembelajaran yang tepat. Metode adalah salah satunya. Boleh jadi sekelompk anak didik mudah menyerap pelajaran dengan metode Tanya jawab, atau metode demonstrasi , eksperimen, cearmah dan sebagainya.  Menurut Djamarah (2006) yang dikutip dari Dra. Roestiyah.N.K.(1989:1) dalam proses pembelajaran guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu cara untuk menguasai strategi itu harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya metode mengajar.  Dengan demikian metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan.       

3.    Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang kan dicapai dalam proses  pembelajaran yang memberikan arah kemana proses pembelajaran akan dibawa.  Tujuan dari proses pembalajaran tidak akan tercapai apabila komponen-komponen lainnya tidak diperhatikan. Salah satu komonennya adalah metode. Dengan memanfaatkan metode sebaik-baiknya tujuan pembelajaran akan tercapai. Jadi, guru sebaiknya menggunakan metode yang dapat menunjang proses pembelajaran sehingga akan menjadi alat efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Menurut hasil forum Carnegie tentang pendidikan dan ekonomi (Arend et al., 2001), di abad informasi ini terdapat sejumlah kemampuan yang harus dimiliki oleh guru dalam pembelajaran. Kemampuan-kemampuan tersebut, adalah memiliki pemahaman yang baik tentang kerja baik fisik maupun sosial, memiliki rasa dan kemampuan mengumpulkan dan menganalisis data, memiliki kemampuan membantu pemahaman siswa, memiliki kemampuan mempercepat kreativitas sejati siswa, dan memiliki kemampuan kerja sama dengan orang lain.

B.  Pemilihan dan Penentuan Metode Pembelajaran
Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar anak didik dikelas. Salah satu kegiatan yang harus guru lakukan adalah melakukan pemilihan dan penentuan metode bagaimana yang akan dipilih untuk mencapai tujuan pengajaran. Metode mengajar yang digunakan guru setiap pertemuan berbeda-beda disesuaikan dengan tujuan pengajaran yang telah dirumuskan.  
Dalam bahasan ini mencoba membahas masalah pemilihan metode dan penentuan dalam kegiatan pembelajaran. Dengan uraian dimulai, dari nilai strategis metode, efektifitas penggunaan metode, pentingnya pemilihan dan penentuan metode, hingga factor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode.

1.    Nilai strategis metode
Kegiatan belajar mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilai pendidikan. Di dalamnya   terjadi interaksi edukatif antara guru dan anak didik, ketika guru menyampaikan bahan pelajaran kepada anak didik di kelas.
Kegagalan pengajaran salah satunya disebabakan oleh pemilihan metode yang kurang tepat. Kelas yang kurang bergairah dan kondisi anak didik yang kurang kreatif dikarenakan penentuan metode yang kurang sesuai dengan sifat bahan dan tidak sesuai dengan tujuan pengajaran.
Metode dapat dipahami sebagai suatu cara yang memiliki nilai strategis dalam kegiatan pembelajaran. Nilai strategisnya adalah metode dapat mempengaruhi jalannya kegiatan pembelajaran. Karena itu, guru sebaiknya memperhatikan dalam pemilihan dan pennetuan metode sebelum kegitan belajar dilksnakan dikelas.

2.    Efektivitas penggunaan metode
Ketika anak didik tidak mampu berkonsentrasi, ketika sebagian besar anak didik membuat kegaduhan, ketika anak didik menunjukkan kelesuan, ketika minat anak didik semakin berkurang dan ketika sebagian besar anak didik tidak menguasai bahan yang telah guru sampaikan, ketika itulah guru mempertanyakan factor penyebabnya dan dan berusaha mencari jawabannya secara tepat. Karena apabila tidak, maka apa yang guru sampaikan akan sia-sia. Karenanya, efektivitas penggunaan metode patut di pertanyakan.
Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Efektivitas penggunaan metode dapat terjadi bila ada kesesuaian sntara metode denagn semua komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam satuan pelajaran,sebagai persiapan tertulis.


3.    Pentingnya Pemilihan dan Penentuan Metode
Kegagalan guru mencapai tujuan pengajaran akan terjadi jika pemilihan dan pennetuan metode tidak dialkukan dengan pengenalan terhadap karakteristik dari masing-masing metode pengajaran. Karena itu, yang terbaik guru lakukan adalah mengetahui kelebihan dan kelemahan dari beberapa metode pengajaran.




4.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode
Winarno Surakhmad (1990; 97) mengatakan bahwa pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai berikut :
A.    Anak didik
Anak didik adalah manusia berpotensi yang menghajatkan pendidikan. Perbedaan individual anak didik pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode yang mana sebaiknya guru ambil untuk menciptakan lingkungan belajar yang kreatif dalam waktu yang relative lama demi tercapainya tujuan pengajaran yang telah dirumuskan secara operasional. Dengan demikian jelas, kematangan anak didik yang bervariasi mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pengajaran.
B.     Tujuan
Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan pembelajaran. Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran berbagai-bagai jenis dan fungsinya. Secara hierarki tujuan itu bergerak dari yang rendah hingga yang tinggi, yaitu tujuan intruksional atau tujuan pembelajaran, tujuan kurikuler atau tujuan kurikulum, tujuan institusional, dan tujuan pendidikan dan nasional.
Metode yang guru pilih harus sejalan dengan taraf kemampuan yang hendak diisi kedalam diri setiap anak didik. Artinya, metodelah yang harus mengikuti tujuan. Karena itu, kemempuan yang bagaimana yang dikehendaki oleh tujuan, maka metode harus mendukung sepenuhnya.


C.     Situasi
Situasi kegiatan pembelajaran yang guru ciptakan tidak selamanya. Sama dari  ke hari. Misalnya suatu saat guru ingin  menciptakan situasi pembelajaran di alam terbuka, yaitu diluar ruang sekolah. Maka guru dalam hal in tentu memilih metode mengajar yang sesuai dengan situasi yang diciptakan.   Di lain waktu apabila guru sesuai dengan sifat dan bahan kemampuan yang ingin dicapai oleh tujuan, maka guru menciptakan lingkungan belajar anak didik secara berkelompok. Situasi yang diciptakan guru mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pembelajaran.
D.    Fasilitas
Fasilitas merupakan hal yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar. Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar. Anak didik disekolah. Lengkap tidaknya fasilitas belajar akan mempengaruhi pemilihan metode mengajar.
E.     Guru
Setiap guru mempunyai kepribadian yang berbeda. Seorang guru yang bertitel sarjana pendidikan dan keguruan, berbeda dengan guru yang sarjana bukan pendidikan dan keguruan. Guru yang sarjana pendidikan dan keguruan barangkali lebih banyak menguasai metode-metode mengajar, karena memang dia dicetak sebagai tenaga ahli dibidang keguruan dan wajar saja dia menjiwai dunia guru.
Latar belakang pendidikan guru diakui mempengaruhi kompetensi. Kurangnya penguasaan terhadap berbagai jenis metode menjadi kendala dalam memilih dan menentukan metode. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa kepribadian, latar belakang pendidikan, dan pengalaman mengajar adalah permasalahan intern guru yang dapat mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar.

C.   Macam-macam Metode Pembelajaran
Terdapat beberapa macam metode mengajar yang dapat digunakan dalam mengajarkan matematika, bergantung kepada siapa yang belajar matematiaka. Macam-macam metode tersebut antara lain :
1.      Metode Proyek
Metode Proyek adalah cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna.
Kelebihan Metode Proyek
a)        Dapat memperluas pemikran siswa yang berguna dalam menghadapi masalah kehidupan.
b)        Dapat membina siswa dengan kebiasaan ,enerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari secara terpadu.
c)        Metode ini sesuai dengan prinsip-prinsip didaktik moderen.

Kelemahan Metode proyek
a)        Kurikulum yang berlaku di Indonesia saat ini, baik secara vertical ataupun horizontal, belum menunjang pelaksanaan metode ini.
b)        Pemilihan topic unit yang tepat sesuai dengan kebutuhan siswa, cukup fasilitas, dan sumber-sumber belajar yang diperlukan, bukanlah merupakan pekerjaan yang mudah
c)        Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang dibahas.
2.      Metode Eksperimen
Metode Eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.
 Kelebihan Metode Eksperimen
a)        Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya
b)        Dapat membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaan dan bermanfaat bagi kehidupan manusia
c)        Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia
Kelemahan Metode Eksperimen
a)        Metode ini lebih cocok untuk bidang studi science dan teknologi
b)        Metode ini memerlukan ketelitian, keuletan dan ketabahan
c)        Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada diluar jangkauan kemampuan dan pengendalian
3.      Metode Tugas dan Resitasi
Metode Tugas atau Resitasi adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melekukun kegiatan belajar. Dalam penerapan metode Resitasi perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
a)        Fase Pemberian Tugas     
b)        Langkah Pelaksanaan Tugas
c)        Fase Mempertanggung Jawabkan tugas
Kelebihan Metode Resitasi (Tugas)
a)        Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual ataupun kelompok.
b)        Dapat mengembangkan kemandirian siswa di luar pengawasan guru
c)        Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa
d)       Dapat mengembangkan kreativitas siswa

Kelemahan Metode Resitasi (tugas)
a)        Siswa sulit di control, apakah mengerjakan tugas atau tidak
b)        Khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikan adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota lainnya tidak berpartisipasi dengan baik,
c)        Sering memberikan tugas yang monoton dapat membuat siswa bosan
4.      Metode Diskusi
Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa dihadapkan pada suatu masalah yang bias berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematic untuk dibahas dan dipecahkan bersama.
 Kelebihan Metode Diskusi
a)        Merangsang kreativitas anak didik dalam bentuk ide atau gagasan dan terobosan yang baru dalam pemecahan suatu masalah
b)        Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain
c)        Memperluas wawasan
d)       Membina untuk terbiasa bermusyawarah untuk mufakat dalam memecahkan suatu masalah
 Kelemahan Metode Diskusi
a)        Pembicaraan terkladang menyimpang, kadang memerlukan waktu yang panjang
Tidak dapat dipakai pada kelompok besar
b)        Peserta mendapat informasi yang terbatas
5.       Metode Sosiodrama
Metode sosiodrama dan Role playing dapat dikatakn sama artinya, dan dalam pemakainnya sering disilihgantikan. Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah social.
Tujuan yang diharapkan dengan penggunaan metode sosiodrama antara lain adalah:
a)        Agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain
b)        Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab
c)        Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok secara spontan
d)       Merangsang kelas untuk berfikir dan memecahkan masalah.



6.      Metode Demonstrasi
Metode Demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memeragakan atau mempertunjukan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, serta disertai dengan lisan
Kelebihan Metode Demonstrasi
a)        Dapat membuat pengajaran lebih jelas dan lebih kongkret
b)        Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari
c)        Proses poengajaran lebih menarik
d)       Siswa dirangsan untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan mencoba melakukannya sendiri
Kelemahan Metode Demonstrasi
a)        Memerlikan keterampilan guru secara khusus dalam mendemonstrasikan bahan ajar
b)        Fasilitas yang kurang

7.       Metode Problem Solving
Metode Problem Solving adalah metode mengajar dan juga merupakan metode berfikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
Kelebihan Metode Problem Solving  
a)        Dapat membuat pendidikan disekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja
b)        Dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara termpil.
c)        Merangsang perkembangan berfikir siswa secara kreatif dan menyeluruh
Kelemahan Metode Problem Solving
a)        Memerlukan keterampilan guru dalam menentukan suatu masalah yang sesuai dengan tingkat berfikir siswa
b)        Memerlukan waktu yang cukup lama dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain.

8.      Metode Karyawisata
Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang terlebih dahulu oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan dan didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi oleh pendidik, yang kemudian dibukukan.
Kelebihan metode karyawisata sebagai berikut :
a)        Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran.
b)        Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat.
c)        Pengajaran dapat lebih merangsang kreativitas anak.
 Kekurangan metode karyawisata sebagai berikut :
a)        Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.
b)        Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang.
c)        Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan utama, sedangkan unsur studinya terabaikan.
d)       Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak didik di lapangan.
e)        Biayanya cukup mahal.
f)         Memerlukan tanggung jawab guru da n sekolah atas kelancaran karyawisata dan keselamatan anak didik, terutama karyawisata jangka panjang dan jauh.

9.       Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa. Dengan mengajukan pertanyaan yang terarah, siswa akan tertarik dalam mengembangkan daya pikir. Kemampuan berpikir siswa dan keruntutan dalam mengemukakan pokok – pokok pikirannya dapat terdeteksi ketika menjawab pertanyaan. Metode ini dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk mengadakan penelusuran lebih lanjut pada berbagai sumber belajar. Metode ini akan lebih efektif dalam mencapai tujuan apabila sebelum proses pembelajaran siswa ditugasi membaca materi yang akan dibahas.
10.   Metode Latihan
Metode latihan keterampilan adalah suatu metode mengajar , dimana siswa diajak ke tempat latihan keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya dan sebagainya. Contoh latihan keterampilan membuat tas dari mute/pernik-pernik.
11.    Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode penyampaian bahan pelajaran secara lisan. Metode ini banyak dipilih guru karena mudah dilaksanakan dan tidak membutuhkan alat bantu khusus serta tidak perlu merancang kegiatan siswa.
 Kelebihan metode ceramah
a)        Guru mudah menguasai kelas
b)        Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas
c)        Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar
d)       Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya
e)        Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik
Kelemahan metode ceramah
a)        Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata)
b)        Yang visual menjadi rugi, yang auditif (mendengar) lebih besar menerimanya
c)        Bila selalu digunakan dan terlalu lama, membosankan
d)       Guru menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada ceramahnya, ini sukar sekali
e)        Menyebabkan siswa menjadi pasif

D.   Praktik Penggunaan Metode Pembelajaran
Dalam praktiknya, metode mengajar tidak hanya digunakan sendiri-sendiri tetapi merupakan kompinasi dari beberapa metode mengajar. Berikut dikemukakan kemungkinan kombinasi metode mengajar :
1)            Ceramah, Tanya Jawab, dan Tugas
2)            Ceramah, diskusi, dan tugas
3)            Ceramah, demonstrasi dan eksperimen.
4)            Ceramah, sosio drama, dan diskusi.
5)            Ceramah, problem solving dan tugas.
6)            Ceramah, demonstrasi dan latihan.



BAB III
PENUTUP
a.      Kesimpulan
Metode Pembelajaran adalah cara menyajikan materi yang bersifat umum. Metode mengajar yang digunakan guru hampir tidak ada yang sisa-sia, karena metode tersebut mendatangkan hasil dalam waktu dekat atau dalam waktu yang relatif lama. metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran. Kedudukan metode pembelajaran adalah sebagai alat motivasi ekstrinsik , alat untuk mencapai tujuan dan alat untuk mencapai tujuan. Macam-macam Metode Pembelajaran adalah metode proyek, eksperimen, tugas dan resitasi , diskusi, sosiodrama, demontrasi, problem solving, karya wisata, Tanya jawab, latihan, ceramah dan belajar kooperatif.




DAFTAR PUSTAKA

1.      Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar. PT Rineka Cipta, Jakarta, Cet.IV. 2010
2.      Bektiarrso,singgih, Strategi Pembelajaran. Laksbang, Jogjakarta.2011
3.      Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran, Rosda Karya, Bandung. 2008